Senin, 02 November 2009

televisi dan anak-anak

2.Televisi dan Anak – Anak
Ada hal yang sangat menggelisahkan saat menyaksikan tayangan-tayangan televisi belakangan ini. Kecuali Metro TV, hampir semua stasiun-stasiun televisi, banyak menayangkan program acara (terutama sinetron) yang cenderung mengarah pada tayangan berbau kekerasan (sadisme), pornografi, mistik, dan kemewahan (hedonisme). Tayangan-tayangan tersebut terus berlomba demi rating tanpa memperhatikan dampak bagi pemirsanya. Kegelisahan itu semakin bertambah karena tayangan-tayangan tersebut dengan mudah bisa dikonsumsi oleh anak-anak.
Bagi anak-anak, televisi menjadi cara ampuh untuk menghibur diri dikala mereka tidak bisa bermain dengan teman sebaya mareka. Bermain dengan televisi lebih baik dari pada bermain di luar dengan teman sebaya. Ditunjang dengan film-film kartun di berbagai stasiun televisi yang bagaikan cendawan di musim hujan. Tak heran jika mereka sering menolak ajakan orang tua.

Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia, misalnya, mencatat, rata-rata anak usia Sekolah Dasar menonton televisi antara 30 hingga 35 jam setiap minggu. Artinya pada hari-hari biasa mereka menonton tayangan televisi lebih dari 4 hingga 5 jam sehari. Sementara di hari Minggu bisa 7 sampai 8 jam. Jika rata-rata 4 jam sehari, berarti setahun sekitar 1.400 jam, atau 18.000 jam sampai seorang anak lulus SLTA. Padahal waktu yang dilewatkan anak-anak mulai dari TK sampai SLTA hanya 13.000 jam. Ini berarti anak-anak meluangkan lebih banyak waktu untuk menonton televisi daripada untuk kegiatan apa pun, kecuali tidur .
Selain itu, YKAI menghitung bahwa sepanjang minggu kedua bulan Juli 2005, jumlah program anak-anak di semua stasiun televisi swasta mencapai 123 program. Jika dibagi jam, mencapai 180 jam. Jumlah ini, menurut Kepala Bagian Kajian Anak dan Media YKAI Guntarto, cukup tinggi. Dengan program-program sebanyak itu, orang tua tentu saja sulit untuk bisa selektif menyeleksi program anak yang kurang baik, sehingga sang anak akan bebas melahap kekerasan yang tersembunyi dalam kocaknya film kartun. Menurut Guntarto juga, hanya sekitar 10 persen saja yang aman bagi anak-anak. Beberapa penelitian menunjukan peningkatan yang cukup meyakinkan dari tahun ke tahun. Tercatat sekarang ini anak pada usia Sekolah Dasar menonton televisi antara 30 hingga 35 jam setiap harinya. Itu berarti mereka bisa menonton 4 hingga 5 jam pada hari-hari biasa dan 8 hingga 9 jam pada hari Minggu. Angka yang amat tinggi untuk ukuran anak-anak. Padahal, menurut psikolog yang biasa mengasuh rubrik Anda dan Buah Hati di sebuah majalah keluarga, Evi Elvianti untuk anak-anak sampai 12 tahun, rentang waktu menonton televisi adalah 1 hingga 2 jam saja. Evi juga mengingatkan agar anak usia dibawah 2 tahun, sebaiknya jangan dibiarkan terbiasa menonton televisi. Dampak pola menonton televisi yang tidak terkontrol, dapat membuat anak-anak mengalami kesulitan berkonsentrasi pada tingkat tinggi. Selain itu juga akan mengurangi pemahaman anak tentang kesuksesan. Di dalam televisi, mereka biasa melihat orang-orang kaya tampan dan cantik,namun mereka tidak akan mengerti dalam kehidupan nyata untuk mencapai proses tersebut.
Categories:

0 komentar:

Posting Komentar